Industri kreatif sekarang ini menjadi salah satu bidang yang menjanjikan. Animasi adalah salah satu industri kreatif yang perkembangannya sangat menjanjikan, baik untuk segi budaya atau pun ekonomi.
Beberapa tahun belakangan, berbagasi studio animasi semakin banyak bermunculan di Indonesia. Oleh sebagian kalangan, hal itu disebut sebagai sinyal positif kebangkitan industri animasi 3D lokal. Tapi, tidak sedikit kendala yang harus dihadapi oleh studio-studio itu sebelum bisa membuat industri animasi lokal menjadi besar. Keterbatasan sumber daya manusia (SDM) alias animator handal adalah salah satunya.
Lalu, bagaimana dengan industri animasi di Indonesia? Di dalam industri animasi 3D Indonesia sendiri masih ditemukannya kendala-kendala yang menghambat kemajuan bidang industri animasi 3D, dikutip dari KaoriNusantara (17/12/2014) ada beberapa poin penting dibalik gersangnya industri animasi lokal di negeri sendiri 3D.
a. Masalah rating
Donny Sugeng Riyadi, Production Assistant Dreamtoon Animation Studios yang sukses membuat seri Keluarga si Somat di Indosiar, menurutnya menayangkan program animasi akan menjadi sebuah perjudian bagi pihak stasiun televisi apakah penayangan program animasi ini akan meraih rating tinggi atau tidak.
b. Orientasi Uang
Karena studionya terafiliasi dengan pihak televisi, Dreamtoon yang terafiliasi dengan stasiun Indosiar dan SCTV ternyata tidak mendapat perlakuan istimewa. Mereka mendapatkan peringatan ketika rating atau share penonton mereka turun dan hal ini berisiko besar, sebab bisa saja kontrak pengerjaan program animasi mereka dipotong jumlah episodenya atau bahkan sampai diberhentikannya program mereka.
c. Lebih Murah Beli Animasi Impor
Ternyata membeli hasil karya animasi-animasi impor yang lebih murah banyak dipilih oleh pihak stasiun televisi, semisal biasanya animasi impor digargai 10 juta rupiah tiap episodenya dibandingkan ketika membuat animasi sendiri yang bisa mencapai 40 juta hanya untuk karya animasi dengan durasi 7 menit.
d. Pemerintah Lepas Tangan
Pemerintah di Indonesia kurang mendukung dalam kemajuan industri animasi lokal. Dibandingkan dengan negara-negara lainnya, semisal Korea Selatan yang menerapkan 30% wajib animasi lokal di televisi atau pun Jepang yang mempersulit animasi luar untuk masuk ke negaranya. Bahkan Indonesia masih kalah dengan negara tetangga seperti Malaysia yang dibantu Multimedia Development Corporation (MDC) yang serius sekali memajukan industri animasi di negaranya.